Maret 12, 2018

Persalinan Pertamaku

by , in
Menanti hari persalinan itu rasanya kayak permen nano-nano buat aku. maklum diriku takut rumah sakit, dokter dan antek-anteknya. Bulan demi bulan menjalani pemeriksaan. Alhamdulilah kondisi bayi normal dan sehat. Dari hasil pemeriksaan diperkirakan persalinan terjadi awal bulan februari tapi ternyata meleset.

Tanggal 26 Januari tanpa rasa mules keluarlah bercak darah campur lendir. Panik seketika tapi berusaha tenang. Karena takut, diriku ga bilang siapapun justru malah ngerem diri di kamar sambil tidur-tiduran  ngegame. Sampe akhirnya aku ngerasa mules seperti mau menstruasi. Semakin bingung sama kondisi yang aku alami. Ini mau lahiran atau ini kontraksi palsu? atau apalah itu aku ga ngerti!!! Akhirnya search mbah google dan tanya-tanya ma temen, yang mana semua pertanyaan mengarah ke satu jawaban bahwa diriku siap melahirkan. Semakin panik langsung bilang ke suami, suami malah becanda suruh nunggu 5 hari lagi dia pulang. Cerita ke mama malah dianggap pura pura males. Calling lah diriku sama papa supaya pulang kerja lebih awal tapi ga ada jawaban. (disitu saya merasa ngenes)

Dan semua pertanyaan itu terjawab, saat aku berdiri dari posisi tidur tiba-tiba Air ketuban seperti kran yang dibuka dan tak terbendung. Saat itu juga mama langsung panik karena bingung dirumah ga ada orang selain diriku, mama serta ponakan yang masih bayi. Untungnya saat mama cari bantuan tetangga, disitu si papa yang semula aku calling tak ada jawaban datang dan langsung cus pergi bawa aku ke puskesmas yang jaraknya sangat dekat.

Sampai disana masuk ruang observasi, diobok-obok sama bidan dan dinyatakan udah pembukaan dua. Waktu diobok-obok itu seperti kran yang sebelumnya berusaha ditutup tiba-tiba dibuka dengan lubang yang diperbesar dan airnya nyentor campur darah. Padahal aku kira, air ketuban itu harus dijaga sampe nanti proses ngeden biar bayinya keluar bareng sama air ketuban.

Di ruang persalinan, kontraksi yang sebelumnya sama sekali tak terasa justru semakin menjadi seakan si jabang bayi tau itu waktunya. Rasa mules di awal masih bisa ditahan. Tapi menit ke menit, rasa nyeri di area pinggang dan pinggul semakin kuat. Mana aku sendiri, tak ada yang menemani. Karena papah harus mondar-mandir jemput mama dan bawa semua perlengkapan persalinan. Dan mama juga sibuk jaga ponakan, jadi ga bisa sepenuhnya fokus sama aku.

Dari mulai jaim menahan sakit. Hingga akhirnya, teriakanku pecah juga.. Suster mana suster..jangan ditinggal..temenin aku..ini sakit..gimana ini..(super manja deh). Sampai akhirnya bidan yang baik hati itu (ga sempet nanya nama) menemani tanpa meninggalkan aku sedetikpun sambil mijetin area pinggang yang bikin agak enakan tapi tetep aja saat gelombang cinta muncul rasanya nyess.

Ditengah rasa sakit yang mereda saya selalu menanyakan kapan saya diperiksa lagi. mereka bilangnya sih dicheck setiap 4 jam sekali. Spontan kaget, karena itu lama banget buat aku. Makanya setiap ngerasa enakan, aku selalu nanya jam berapa? berapa jam lagi saya diperiksa? dan pertanyaan itu selalu berulang (super bawel banyak nanya). Sampe tepat pukul 7 aku diperiksa, ternyata udah bukaan delapan. Langsung semangat lagi dengernya.

Setelah pembukaan semakin naik, gelombang cinta yang datang semakin sering. Titik rasa sakit berpindah ke area pantat. Rasanya seperti ada tekanan yang kuat seakan mau pup tapi gak bisa. Setiap rasa itu datang, aku cuma bisa pegangan dan narik besi tempat tidur di atas kepala (udahnya tangan sakit banget bahkan membiru saking kerasnya aku narik itu besi). Untungnya dengan kondisi tanpa suami mendampingi, mama yang mondar mandir antara anak dan cucu. Ada banyak bidan baik yang sangat perhatian, ngasih minum, nyuapin, ngingetin aku supaya gak nangis, ngasih arahan ngatur napas, pokoknya bikin suasana nyaman yang bisa bikin aku senyum, ketawa dan kembali semangat. (disini aku di doping tiga kuning telur ayam kampung mentah karena udah lemes dan pucet)

Menanti bukaan lengkap, sungguh menyiksa. Tiap menit seperti ga ada kemajuan dan ga ada tindakan apapun padahal menurut mama dan beberapa bidan junior rambut bayi sudah terlihat. Hingga sempat terlintas dibenak aku seandainya ini rumah sakit yang bisa nanganin cesar, aku bakal nyerah dan memilih cesar karena udah gak kuat. Hal lain yang ditakutkan adalah si jabang bayi nunggu kehadiran bapaknya makanya ga ada kemajuan sedangkan mamanya semakin lemah.
Tapi akhirnya setelah menunggu 8 jam, pembukaan lengkap. Rasanya seperti mimpi, rasa sakit di pantat hilang gitu aja, badan langsung fresh seakan habis bangun tidur dan kaget campur binggung disuruh ngeden. Saat itu juga langsung latihan mengejan dari posisi berbaring, jongkok dan miring ke kiri. Berhubung diriku sudah kehabisan tenaga akibat kontraksi panjang, dipasanglah selang infus. Sampe akhirnya rasa mulas (mulas seperti mau pup tapi ga sakit sama sekali) itu datang dan dengan otomatis ada dorongan dari dalam hingga kita harus mengejan.

Beberapa kali diriku mengejan dan lahirlah seorang bayi laki-laki dengan berat 2.8 kg dan panjang 47 cm. Pertama kali melihatnya membuat aku terpesona dan takjub ada makhluk kecil yang keluar dari dalam perutku. Tak lupa yang pertama dicek ada berapa jari-jari tangan dan kakinya? apakah dia lengkap dan sehat?. Tetapi ternyata perjuangan ini belum selesai karena disela proses IMD diriku harus menerima jahitan di area vagina bahkan tanpa obat bius. Rasanya nikmat luar biasa..sakit, nyelekit dan pedih mamen (tapi tiga jam setelahnya aku bisa pipis jongkok).



Keesokan harinya setelah masuk ruang perawatan, badan mulai terasa amburadul ga karuan, tangan membiru efek angkat beban narik besi. Yang paling menyakitkan adalah susah duduk karena wasir yang timbul akibat terlalu kuat mengejan. Yang pasti super duper cape, ga bisa istrahat sama sekali, karena bayi room in. Sedangkan disana hanya ada diriku seorang diri, maka mau tak mau hanya diriku lah yang memegang peran. Untungnya diriku ini tidak baby blues. Barulah pada sore hari my baby boy bertemu papahnya yang telah menerjang lautan dan terpaksa pakai kapal barang demi bertemu dengan anaknya. Hingga akhirnya aku bisa istirahat sejenak setelah kedatangan papahnya.

Selanjutnya aku bakal review Puskesmas tempat aku melahirkan. Karena ternyata banyak orang yang memandang sebelah mata tentang puskesmas termasuk aku, jikalau kondisi yang tidak memaksakan. Tapi ternyata fasilitas dan pelayanan oke juga loh..

My Instagram